Lucunya Idonesiaku

Di atas tanah kaya seluas jutaan kilo
Tersimpan keaneka ragaman di atasnya..
Tidak hanya suku, budaya, rempah-rempah dan hasil tambang
Tapi juga guyonan yang membuat pejuang ingin bangkit dari kuburnya..

Lucunya negeriku..
Dahulu yang berbeda hanya kompeni, jepang, dan hindia.
Kini beragamnya suku dan agama justru memecah belah saudara sendiri.
“Dia tidak se-iman! Jangan kau dekati!”
“Dia kafir! Jauhi, nanti tertular!”
“Jangan pilih dia! Dia beda!”
Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian?
Lalu dimana baiknya kalau sesama manusia saling menuduh dan mencela mereka yang ‘berbeda’?

Kini segalanya dilarang!
Yoga dilarang! Penyembah berhala katanya
Animasi dilarang! Membuka aurat katanya (mereka lupa bagaimana sinetron lebih merusak pendidikan moral siswa-siswi)
Memberi ucapan hari raya dilarang! Dimana letak toleransi yang susah payah kami ajarkan ke anak didik kami?

Negeriku berubah.
Waktu ku kecil, lahan kosong adalah surga bagi para bocah.
Segala permainan kami coba, pulang dengan wajah sumringah
Kini, lahan kosong adalah surga bagi para investor.
Lalu bagaimana nasib bocah masa kini?
Supaya senang dan tenang, beri mereka gadget! Selesai sudah!

Selesai dari Hongkong?
Masalah bertambah liar!
Belasan tahun sudah menjadi pemerkosa..
Aljabar belum juga dipelajari, sudah lihai balap liar.
Mereka tak pernah merasakan keringat yang mengucur deras akibat tak jongkok.
Mereka lupa bagaimana cara tertawa.
Kelak, mereka tidak tahu cara berterimakasih pada negeri ini,
Karena tak ada rasa pernah memiliki


Kacaunya negeriku.
Duta Pancasila Indonesia,
Adalah seorang yang pernah menghina sila dan lambang Pancasila
Tau apa dia bagaimana usaha PPKI merapatkan dasar negara ini?
Duta Narkoba Indonesia
Adalah seorang siswi yang terang-terangan menghina petugas keamanan negara
Lalu bagaimana memerangi Narkoba di negara ini, bila si-Duta justru memerangi kedamaian?

Ironis negeriku!
Kami telah merdeka (katanya)
Tapi pendidikan bukan milik semua bangsa.
Di kota, ibu-ibu membanggakan anak-anak mereka yang sudah hebat membaca di usia yang belum genap 5 tahun.
Di daerah lain, para lanjut usia baru saja berhasil membaca kata.
Di metropolitan, setiap sekolah memiliki problema yang sama kemacetan di pagi hari akibat banyaknya mobil yang datang.
Tengok pulau seberang! Mereka harus melintasi sungai, mendaki bukit untuk bisa sampai di sekolah.

Inilah negeriku, Indonesiaku.
Gemah ripah Loh Jinawi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Ibu-nya Mas Bhas?

No Boss in the House