Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Hujan di Warung Kopi

Gambar
Pukul 17.10 kulihat sosoknya yang membuka pintu kemudian mengayunkan kakinya yang jenjang menuju ke arahku. Seperti biasa double shot cappuccino yang nanti akan ditenggaknya perlahan hingga 10 menit setelah pukul 7 dimana dia akan meninggalkan cangkir kosongnya beserta 4 puntung rokok. Terkadang 5 bahkan 6 puntung ia sisakan, tapi sering kali 4. Aku menyebutnya 'Hujan', tentu saja bukan nama sebenarnya. Aku tidak berniat lancang untuk mengganggunya dengan mencari tahu namanya, pekerjaannya, atau nomor ponselnya. Aku sudah mengagumi diriku yang berani menatapnya dari balik meja kasir atau tersenyum padanya setiap kali dia memandangku, yang jujur saja sangat jarang dilakukannya. Hujan datang setiap hari kerja, kutebak dia bekerja tak jauh dari warung kopi kami. Pakaiannya formil, layaknya para pekerja di gedung-gedung bertingkat, dengan sepatu hitam mengkilapnya. Jalannya tidak pernah berbunyi “tok tok tok” seperti para wanita yang memakai sepatu hampir sama, tapi l...

She is Jill

Jillian.. Aku memandangnya kala itu. Matanya mendelik marah, dibiarkan rambutnya yang panjang menutupi wajahnya. Aku terkejut melihatnya, namun tetap tersenyum. Kusibak rambut yang menutupi wajah cantiknya, namun Ia menoleh, tak ingin disentuh. "Keras kepala!", ujar si Ibu. Hanya dalam hitungan bulan, dia sudah menghela udara yang sama denganku. Dia berada di dalam ruanganku, menjadi anak didikku Matanya tak pernah lagi menatap marah, justru haus akan pengetahuan. "Bagaimana laba-laba bisa naik di tembok? Kenapa Jill tidak? Kalau tangan Jill ada delapan, Jill bisa naik ke tembok?" Aku dicerca ribuan pertanyaan akan setiap hal yang ditemukannya. Senyumnya tak pernah mengembang bila dipuji. Hanya secuil, dengan rona merah pada pipi. Jill, Jill.. Sebuah pujian tidak akan membuatmu besar kepala. Kemauannya tak bisa diganggu gugat. Segala rayuan ditolak mentah-mentah. Namun tidak ada yang salah dari menuruti keinginannya. Ia hanya ingin mengobservas...

Antara Kopi, Bapak, dan Aku

Gambar
Aku menghindari sorot mata pria paruh baya yang menyelidik menatapku, seakan mencari tahu apa yang ada dalam pikiranku. Kuarahkan mataku justru kepada pria berambut panjang yang sedang meracik kopi sambil bergerak mengikuti irama lagu, atau pada wanita yang menatap ke arah luar dengan pandangan kosong, seakan lupa pada rokok di sela-sela jarinya yang abunya sudah panjang. Diketukkan rokoknya pada asbak keramik yang tersedia di hadapannya tak lama kemudian, terlambat beberapa detik saja, abu akan mengotori sepatunya yang berwarna merah serupa dengan warna bibirnya. “Bagas, kamu mendengarku bukan?”, tanya pria di hadapanku memastikan. Aku mengangguk, tapi tetap memandangi suasana warung kopi ini. Pria-pria hilir mudik membawa cangkir kopi, baik yang kosong maupun tidak. Suasana dan beberapa wajah yang tidak asing lagi. “Sudah berapa lama?”, tanyaku dalam hati. Mungkin 6 bulan aku tidak kemari. Dan tidak ada yang berubah, bahkan penataan kursi dan mejanya. Aku mengenang sofa tepa...

Lucunya Idonesiaku

Gambar
Di atas tanah kaya seluas jutaan kilo Tersimpan keaneka ragaman di atasnya.. Tidak hanya suku, budaya, rempah-rempah dan hasil tambang Tapi juga guyonan yang membuat pejuang ingin bangkit dari kuburnya.. Lucunya negeriku.. Dahulu yang berbeda hanya kompeni, jepang, dan hindia. Kini beragamnya suku dan agama justru memecah belah saudara sendiri. “Dia tidak se-iman! Jangan kau dekati!” “Dia kafir! Jauhi, nanti tertular!” “Jangan pilih dia! Dia beda!” Bukankah semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian? Lalu dimana baiknya kalau sesama manusia saling menuduh dan mencela mereka yang ‘berbeda’? Kini segalanya dilarang! Yoga dilarang! Penyembah berhala katanya Animasi dilarang! Membuka aurat katanya (mereka lupa bagaimana sinetron lebih merusak pendidikan moral siswa-siswi) Memberi ucapan hari raya dilarang! Dimana letak toleransi yang susah payah kami ajarkan ke anak didik kami? Negeriku berubah. Waktu ku kecil, lahan kosong adalah surga bagi par...

Insiden Euro

Hidup itu emang suka bercanda.. Seorang mas-mas  yang udah banyaaaakk banget bantuin gue. dalam hal apapun.. *grammar checker in thesis *Hospital fee bahkan supporting me when others dont! suatu hari memberikan gue bala bantuan terakhir.. di detik-detik sebelom kepergiannya.. selembar kertas berwarna hijau bertuliskan 100 € tujuannya jelas, menebus kesalahan! karena gara-gara doi, payung gue merana sendirian di tempat jemuran a.k.a ketinggalan sehingga terjadilah insiden handphone yang terlalu menikmati sensasi air hujan.. anyhow, gue merasa nggak pantes untuk menerima si kertas yang kalo menyesuaikan kurs hari ini sebesar 1.536.110 rupiah. jadinya gue tolak dengan senyuman termanis gue.. emangnya gue cewek apaan?! *cieeee* #jualmahal #mintanaikharga #hargacabenaik #hallah dan setelah hari itu.. terjadilah kejadian-kejadian tak terhingga.. 1. mbak-mbak servis HP bilang harga benerin my LG G2 400.000 2. kacamata gue keinjek dan langsung putus nyawanya.  ...

Her Name is Karen

Karen namanya.. Mengajarkanku kesempurnaan di usianya yang ke-5. Menegurku akan kesalahan lewat tatapannya.. Mengingatkanku untuk menjauhkan diri dari jurang kegagalan. Karen, “Is it wrong to be perfect, miss?” Tanyanya suatu waktu, ketika kutekankan lumrahnya berbuat salah. No dear, it isn’t wrong. It isn’t right either. Mistake isn’t failure. It’s reminder for us to try harder. Tapi bagaimana mungkin kujelaskan hal yang aku bahkan ragu. Karen, Karen.. Terlalu dewasa untuk bocah berbadan mungil. Ia ingin terlihat manis. Marah bila kalah, tapi tetap tersenyum di hadapanku. How are you, Karen? I miss your perfection in my imperfect life.

Hashtag Moger

kembali lagi gue disini.. gara-gara kegalauan yang melanda keresahan yang menerpa.. tulisan kali ini disponsori oleh kegalauan gara-gara bahasa.. bukannya sombong, gue cuma sekedar besar kepala.. "wajah besarrrr wajah besarrr wajahh besaaaaarrr TIDAAAKKKK" kilas balik soundtrack kartun Dr. Slump! OK! stop nyerempet kemana-mana.. dan kembali ke kegalauan gue sebagai bekas mahasiswa bahasa asing.. di kampus gue dulu, speaking English jadi trend.. kesannya kalo kita ga speak English, kuliah kita hanyalah sia-sia belaka bagaikan abu yang tertiup di udara.. tidak berbekas, tidak meninggalkan jejak hashtag lebay! terus ke dunia kerja, sebagai seorang guru yang berbahasa inggris sebagai bahasa penyambung materi ke siswa-siswi yang kelak menjadi seorang manusia berbudi luhur dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan. gue jadi lupa bahasa Indonesia yang baik dan benar!!! what?!!! dan sampailah gue ke suatu masa dimana ide-ide dan imajinasi jungkir balik di ...