Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tidur Tanpa Gendong Sejak Bayi

Gambar
Banyaaaaaaak banget yang memuji Mas Bhas karena mudahnya ia terlelap. Padahal di balik itu..... banyak juga perjuangannya. Kali ini aku akan kasih tips yang kami gunakan di rumah, supaya Mas Bhas terlelap saat jam tidurnya. 1. Perbanyak aktivitas di siang hari     Sama halnya seperti orang dewasa, bayi dan anak-anak juga butuh aktivitas. Kegiatan ini dilakukan selain untuk menstimulasi skills juga untuk membuat Mas Bhas capek. Contohnya, saat bayi kita sering main gowes sepeda dengan kaki, atau cilukba. Bahkan saat sudah mulai merangkak dan berjalan, aktivitas rumah seperti memasak dan membersihkan rumah, juga mengikutsertakan Mas Bhas. Hal ini membuat dia kelelahan, yang akhirnya mudah tertidur. 2. Rutinitas sebelum tidur     Rutinitas sebelum tidur ini perlu dilakukan supaya Mas Bhas 'aware' atau sadar akan jam tidurnya. Cari kegiatan yang membuat dia tenang, seperti membaca buku dan menyanyi lagu santai. Nah, biasanya kalau sebelum tidur aku dan Mas Tom juga serin...

Bahasa Ibu-nya Mas Bhas?

Pertanyaan ini sering terlontar: "Ngomong ke anaknya pakai bahasa apa?" "Lho, bisa bahasa Indonesia anaknya?" "Ngomongnya Inggris terus ya?" Sebagai anak perkawinan campur, pertanyaan 'bahasa ibu' menjadi salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan. Dan jawaban kami selalu sama "semua bahasa!" Inggris, Bahasa Indonesia, Jawa, Spanyol, bahkan Arab dan Kurdish! Dari buku yang aku baca, selama si penutur bahasa (aku dan Mas Tom) selalu konsisten dalam bahasa yang kita ajarkan, anak akan secara otomatis beradaptasi dengan dua bahasa tersebut. Jujur, kami kurang konsisten. Jadi saat Mas Bhas dan aku masih di Tangerang. Karena seluruh lingkungan menggunakan bahasa Indonesia, aku selalu mencoba untuk berbahasa Inggris. Supaya setidaknya Mas Bhas familiar dengan kedua bahasa tersebut.  Ketika pindah ke Erbil, memikirkan bahwa tidak ada yang berbahasa Indonesia di Erbil, maka aku mencoba untuk selalu bicara bahasa Indonesia. Iya, karena ku...

Ayo Baca Buku!!

Gambar
Baca buku ini kegiatan favorit Mas Tom. Tadinya aku pikir, aku termasuk book worm, alias kutu buku. Tapi setelah kenal Mas Tom, asli deh, aku nggak ada apa-apanya. Buku pertama yang aku bacain ke Mas Bhas adalah Anak Semua Bangsa, karangan alm. Pramoedya Ananta Tour. Mas Bhas masih berumur kurang dari 1 bulan dan aku sendirian di ruko, karena Mas Tom kerja di Bangladesh. Kebangun saat aku baca buku itu, dan semua ritual seperti nyusu dan ganti popok sudah terlaksana. Akhirnya sekalian ku bacain bab yang sedang aku baca. Ndilalah , dengan mukanya yang serius, Mas Bhas malah keasikan dengerin aku baca buku :) Akhirnya, semua buku yang aku baca, dilahap juga sama Mas Bhas. Termasuk buku-buku psikologi anak yang biasanya aku jadiin acuan untuk murid-murid di sekolah. Dan dikarenakan jauhnya Mas Tom saat itu. Ditambah jam-nya Mas Tom video call, biasanya waktu-waktunya Mas Bhas tidur. Alhasil Mas Bhas jarang ketemu Mas Tom secara virtual. Akhirnya Mas Tom menemukan program komputer yang bis...

Belajar BAK dan BAB (Toilet Learning)

Gambar
Aku percaya, setiap orang tua punya cara terbaik dan waktu yang tepat untuk mengenalkan toilet pada anaknya. Kembali lagi, disini aku hanya share pengalaman kami dalam mengasuh Mas Bhas. Jadi Mas Bhas mulai sadar untuk BAK (buang air kecil/"Peepee") sejak 1 tahun 2 bulan. Tapi bukan berarti ketika dia sadar, terus dia minta ke toilet >.< Tahapan-tahapannya sebagai berikut: 1. Sedari kecil, kami membiasakan untuk bereaksi ketika Mas Bhas sedang BAK atau BAB. Yang pertama, supaya dia mengenal kata kerja yang dia lakukan. Jadi saat Mas Bhas sedang BAK, kita sering bilang "Wah, Mas Bhas peepee ya?". Hal ini terbilang mudah karena Mas Bhas cukup ekspresif (jadi semua tindakannya, terlihat dari ekspresi wajah). Juga kemungkinan besar karena kita menggunakan popok kain, yang dengan cepat terdeteksi secara visual :p 2. Karena perbedaan pendapat mengenai cara membersihkan kotoran (menurut Mas Tom cukup dengan tissue basah, sedangkan menurut aku harus dengan air dan s...

No Boss in the House

Seperti yang ada di judul, nggak ada 'Bos' di rumah. Kita menjunjung tinggi equality atau persamaan derajat di mana saja, termasuk di dalam rumah tangga. Masa-masa paling berat adalah masa dimana aku baru pindah ke Erbil dan nggak kerja. Yang aku rasain, campur aduk! 1. Nggak kerja = ibu rumah tangga. 2. Ngurus anak = kewajiban aku. 3. Rumah bersih = tugas aku. 4. Masak (setidaknya makan malam) = wajib mateng sebelum suami pulang kerja Saat itu, aku malah stress banget! Ngerasa capek setiap hari, kerjaan nggak pernah kelar, mengeluh setiap saat. Aku ngerasa kayak bukan "aku". Sampai suatu pagi waktu Mas Tom lagi nyuci piring, aku bilang " That's my job. " ("Itu kerjaan aku") Dan dia intinya bilang, sambil ngeyakinin kalau kerjaan rumah itu bukan kerjaan satu orang. Karena rumah bersama, jadi yang ngerawatpun, ya bersama! Ditambah, Mas Tom nggak mau kalau sampe Mas Bhas keseringan liat aku ngerjain pekerjaan rumah, dan ngerasa tugas rumah itu k...

Pisah Kamar Sejak Bayi

Gambar
Sejak mengandung Mas Bhas, aku sendiri yang merencanakan dan memutuskan hal-hal kecil seperti pemilihan popok sampai ke hal besar seperti kamar. Sedari melahirkan, sampai sebelum pindah ke Erbil-Kurdistan, kami memang masih tinggal di ruko (rumah - toko). Dan karena hanya ada 1 kamar (yang dibuat sendiri menggunakan papan pembatas) di dalam ruko, jadi kami memilih crib / cot / box bayi untuk tempat tidur Mas Bhas. Pemilihan crib sendiri pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dengan beberapa pertimbangan. 1. Crib dari kayu rasanya lebih kokoh walaupun lebih mahal. Ukurannya pun cenderung lebih besar. 2. Crib kain lebih ringkas dan murah. Tapi sepertinya hanya bertahan sampai 2 tahun. Pertimbangan lain, yakni tempat penempatan kerja Mas Tom yang masih nomaden. Saat itu, Mas Tom masih bekerja di Bangladesh yang bukan merupakan family post , alias kurangnya lingkungan dan fasilitas memadai untuk keluarga (apalagi keluarga baru dengan usia bayi kurang dari 1 tahun). Maka dari itu, ...